Sabtu, 25 September 2010

Just the way I am :))

Cahaya Tuhan itu gk pernah salah memancar, makasih Tuhan, atas segala rahmat dan uluran tangan-Mu.

Satu yang tak kumengerti ketika aku ingin menjadi "Just the way I am" seperti seorang selebriti yang punya banyak fans, langsung banyak yang bilang "aneh ah" "hem?" "takdirmu begitu" "di dalam mata kamu ada otaknya ya?".

Bukan seperti ini yang kumau, dan ketika ak membaca blog favoritku dari teman lamaku yang memang lama juga tak berjumpa (baca http://debora-tiur.blogspot.com/2010/08/kegelapan-itupart-2.html) dia katakan kita harus MENYANGKAL diri kita, it means "bukan seperti ini yang kumau" sudah bukan target hidupku, belajar dari kesalahan dulu karena seringakali ak "protes" kenapa tidak seperti yang kuingini.

Proses belajar ini sungguh tak terkirakan, jika pada hari ini bukan karena berkat-Nya pun, tulisan ini tak mungkin pernah ada (bikin asumsi lagi).

Sedikit membagikan tanda tanyaku yang besar, kenapa sikap berlebihan terhadapku semakin menjadi, harus kutegaskan, ak INI hanya orang biasa-biasa saja yang suka melakukan segalanya tanpa batas (tujuan bisa ke mana saja, tergantung mood dan budget), tapi ak salah berada dalam lingkungan seperti itu seakan membuatku berpikir ak ini tidak se"luarbiasa" yang dipikirkan.

Tuhan, ini adalah PR besar yang harus segera kuselesaikan, karena sebaiknya jangan ditunda.

bahan PR:

Teori...,

Orang biasa-biasa saja itu suka dibiarkan saja.

Orang biasa-biasa saja itu suka tidak untuk jadi pusat perhatian.

Orang biasa-biasa saja itu sudah terbiasa untuk mandiri.

Orang biasa-biasa saja itu tidak berusaha keras untuk diterima, tidak bersifat memaksa (bahasa Jawanya "ngoyo").

Orang biasa-biasa saja itu hanya suka dan minta untuk dihargai saja tanpa syarat.

Faktanya...,

Orang biasa-biasa saja itu selalu diperhatikan penampilan luarnya saja.

Orang biasa-biasa saja itu jadi pointer for anyone.

Orang biasa-biasa saja itu "diharuskan" untuk paling tidak mengajari 10 orang per hari tanpa memperhatikan kehidupan kacau dari seorang yang biasa-biasa saja itu.

Orang biasa-biasa saja itu harus mengikuti aturan "makhluk sosial" alias yang gk biasa hidup sendiri, tapi itu gk sesuai dengan hati nurani seorang yang biasa-biasa saja itu.

Orang biasa-biasa saja itu tidak BODOH, BEBAL, atau KEPALA BATU n HATI BAJA, karena ketenangan jiwa itu yang ingin dicapai jadi orang biasa-biasa saja itu berharap untuk tidak dimintai syarat dalam segala laku dalam sebuah vast majority.

Orang biasa-biasa saja itu terbiasa berada dalam ruang lingkup yang menyatakan dirinya sebagai minoritas, tapi orang biasa-biasa saja itu tidak akan dan tidak akan pernah menuntut suatu pengakuan, sayangnya, vast majority seringkali membuat paradigmanya masing-masing secara negatif.

Tuhan, perlindungan-Mu tak pernah pergi, percaya kepada-Mu dalam mengatasi kesesakan (PR) ini. :) Amen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar